Kamis, 21 November 2019

Sosokmu, Tahtamu, Kerinduanku

Haruskah aku menerima kenyataan yang tak pernah sekalipun terlintas di benakku, aku hanya ingin disampingmu tak peduli seperti apa dirimu. Tapi mengapa kau pergi tanpa mengucapkan sepatah kata atau pelukan hangat, hanya isyarat yang tak pernah aku mengerti. Kau pergi dan tak pernah akan kembali untuk menengok aku yang tak berdaya lagi, haruskah aku terpuruk karena ini. Suara tangis dan teriakan histerisku tak membuatmu kembali dan menggenggam tanganku, hanya membuat luka yang semakin besar di hati.

Kepergianmu tak merubah apapun kecuali penderitaan yang taka da ujung, menyisakan kosongnya posisimu untuk menunggu. Aku tau penantianku akan sia-sia dan pasti tak berguna, ketakwarasanku melupakan hal logika, hanya ingin kamu. Posisi ini tak akan ada orang lain yang menempati walau itu kemauanmu, aku menolak. Aku tak sanggup memikirikan apa yang terjadi ketika orag lain menduduki tahtamu, akankah sama sepertimu atau merupakan penyesalanku.

Maafkan karena aku tak mampu untuk memberikan tahta ini untuk orang lain, aku takut. Ketakutan yang selalu terbayang di benakku hingga aku ingin melarikan diri, pergi. Aku rindu sosokmu yang hangat, penyayang, aku rindu semua tentang dirimu. Jika suatu saat nanti aku berikan tahta ini dengan suka rela kepada orang lain, maka orang lain itu hanyalah kamu atau kamu kelahiran selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar