Terbesit bayangan ketika masih bisa tertawa lepas dan tersenyum bahagia, disaat semua tidak ada kepura-puraan. Bayangan-bayangan ketika masih bisa berlari dan membuat mimpi yang tinggi, merasakan hangatnya dunia. Terkadang pemikiranku menjadi kelabu, kadang juga menjadi hitam legam, gelap tanpa titik putih.
Ketika berbaur mencoba mengisi kebahagiaan hati, namun hanya mengalir dari lobang-lobang ventilasi. Pintu dan jendela sudah terkunci, telah habis terbakar dengan kobaran api yang menyala tiada akhirnya. Tiada setetes air matapun yang dapat memadamkannya, sudah hancur dan terlanjur sangat panas. Semua senyum dan tawa yang terukir, hanya formalitas yang menyakitkan. Sangat ingin meneriaakan kata benci dan tak terima. Sangat ingin menghepaskan diri pada kobaran api nyata, dan mati. Meninggalkan kepura-puraan dunia fana, tiada lagi berjumpa dengan berbagai hubungan sebatas formalitas.
Pernah merajut impan, mengatakan impian, berkata kejujura, namun semua hanya sebuah angin lalu yang dihirup lalu dikeluarkan layaknya hembusan nafas. Pernahkah berpikir betapa sakitnya hati, betapa lukanya diri. Terlalu bodoh diriku yang tak melihat kenyataan yang jelas didepan mata, selalu mengharapkan yang tidak akan terjadi. Aku selalu berkata aku baik-baik saja, sangat baik-baik saja. Mereka yang mendengat kata-kata ini apa mereka peduli padaku? tidak, mereka tidak mau tau. Aku tak pernah sadar siapa diriku, bagaimana diriku, dan aku.
Telah terlukis jalanku dari permulaan hingga akhir nanti, hanya diisi oleh formalitas dunia. Untuk apa aku mengharapkan yang lain?. Ketulusan, kebahagiaan? omong kosong yang selalu terngiang pada mimpi-mimpi indah yang tak bergambar. Persahabatan? Tidak akan pernah tertulis di jalanku ini, semuanya hanya semu dan berwarna abu yang tak ada kejelasan, hanya formalitas.
~R_Hr~